Sistem
perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Miksi adalah Proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langkah utama yaitu:
1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang.
2. Timbul
nilai refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih, atau jika ini gagal, setidak –
tidaknya menimbulakan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
B. Anatomi fisiologi system perkemihan
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi rongga abdomen.
Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke
sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena
tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi
iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm,
tebal 2,5 cm dan beratnya ± 140 gram (pria=150 – 170 gram, wanita =
115-155 gram). Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar
10-12 inci (25 ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica
urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria. Vesica
urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak
dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria:
1. Sebagai tempat penyimpanan urine,
2. mendorong urine keluar dari tubuh.
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.
1. Korteks : bagian luar dari ginjal
2. Medula : Bagian dalam dari ginjal
3. Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga
4. Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang mengelilingi piramid.
5. Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
6. Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.
7. Kaliks
minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami
penyempitan karena adanya duktus papilaris yang masuk ke bagian pelvis
ginjal.
8. Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.
Fungsi
utama ginjal adalah untuk memelihara ketetapan volume cairan
ekstraseluler (ECF) dan osmolalitas dengan menyeimbangkan masukan dan
ekskresi Na+ dan air. Selanjutnya ginjal mencapai ketetapan konsentrasi K+ ekstraselular dan pH darah dan sel dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO-3
terhadap masukan mereka dan terhadap respirasi dan metabolism. Di
samping itu, bahwa ginjal menghemat bahan gizi misalnya glukosa, dan
asam amino hingga mengekskresi hasil akhir metabolism seperti urea dan
asam urat dan xenobiotik. Ginjal juga memiliki banyak fungsi metabolic
seperti pembentukan arginin, glukoneogenesis, hydrolysis peptide dan merupakan sumber hormone misalnya angiotensin II, eritroprotein , hormone-D dan prostaglandin. (atlas bewarna dan teks fisiologi, Wolf rudiger, hal 120)
Unit
fungsional ginjal adalah nefron. 1,2 juta nefron membentuk setiap
ginjal manusia. Pada permulaan nefron, dalam glomerulus, dara disaring
yaitu protein dan sel tertahan, sedangkan air diteruskan ke dalam
tubulus, dimana bagian terbesar ultrafiltrat ini ditranspor melintasi
dinding tubulus dan memasuki darah kembali (resorpsi, reabsorpsi).
Fraksi yang tidak direasorpsi tinggal dalam tubulus dan muncul dalam
urin terminal (eksresi). Beberapa pelarut pelarut urin memasuki lumen
nefron dari sel tubulus secara sekresi. (atlas bewarna dan teks
fisiologi, Wolf rudiger, hal: 120)
2. Nefron
Unit
fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung
1-1,2 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang
sama.
Dapat dibedakan dua jenis nefron:
1. Nefron
kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar
dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada
korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
2. Nefron
juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian
dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle
yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum
berbalik dan kembali ke cortex.
Bagian-bagian nefron:
a. Glomerolus
Suatu
jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent
yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat
filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang
melewatinya.
· Filtrasi glomerulus
Kecepatan
filtrasi glomerulus (GFR) adalah volume/waktu yang difiltrasi oleh
semua glomerulus. Rata-rata 1/5 atau 20% aliran plasma ginjal disaring
pada glomerulus. Perbandingan ini GFR/RPF disebut fraksi filtrasi. GFR
dapat ditentukan bila kecepatan aliran urin (Vu) dan konsentrasi indicator plasma dan urin (Pin dan Uin)
diketahui. Kecepatan pada indicator tersebut difiltrasi adalah GFR
(l/menit). Kecepatan filtrasi=kecepatan ekskresi atau GFR . Pin=Vu . Uin Jadi GFR= Vu . Uin/Pin (à A). Rata-rata LFG= 125 ml/menità 180 l/hari.
b. Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Tubulus proksimal yaitu Tubulus
proksimal yang berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2. Lengkung Henle membentuk
lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu bagian
yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu
bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle
mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis,
sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung
henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi
bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam
mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
3. Tubulus distal Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
· Reabsorpsi tubulus
Terjadi
penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat
dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada
tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan
ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
· Sekresi tubulus
Beberapa substansi merupakan produk metabolisme dalam sel tubulus akan memasuki lumen tubulus melalui seksresi seluler.
d. Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu
duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang
berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
3. Persarafan kandung kemih
Persarafan
utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan
medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhunbungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini
adalah serat saraf motoik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan
pada dinding kandung kemih. Tanda – tanda regangan dari uretra posterior
bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan
refleks yang menyebabkan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar
dalam nervus pelvikus adalah serat para simpatis. Serat ini berakhir
pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung kemih, saraf
postganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain
nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk
fungsi kandumg kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung
kemih, yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Selain
itu kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus, terutama hubungan dengan segmen L2 medula
spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah
dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf
sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensai rasa penuh dan pada beberapa keadaan rasa nyeri.
4. Eksresi urin
Sistometrogram merupakan pengisin kandung kemih dan tonus dinding kandung kemih. Perubahan
tekanan intravesikular sewaktu kandung kemih terisi dengan urin pada
saat tidak ada urin di dalam kandung kemih, tekanan intravesikuler,
sekitar 0 tetapi setelah terisi urin sebanyak 30 sampai 50
mililiter,tekanan meningkat menjadi 5sampai 10 sentimeter air. Tambahan
urin sebanyak 200 sampai 300 mililiter hanya sedikit menambah
peningkatan tekanan, nilai tekanan yang konstan ini di sebabkan oleh
tonus intrinsic pada dinding kandung kemih sendri. Bila urin yang
terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300 sampai 400
mililiter akan menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat. Puncak
tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,atau mungkin
meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.puncak tekanan ini
disebut gelombang mikturisi.
C. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
1. Konsep keseimbangan cairan dan asam basa
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan
tubuh adalah cairan yang ada dalam tubuh yang terdiri dari air dan
unsure lainnya. Air plasma di filtrasi pada ginjal kira-kira 120
ml/menit atau 180 l/hari. Kehilangan air terus menerus harus
diseimbangkan dengan masukan dan dan produksi air yang sesuai. Rata-rata
pergantian air pada orang dewasa sekitar 1/30 dari berat badan
(2,41/70kg) sedangkan pada bayi fraksi tersebut jauh tinggi 1/10:
0,7/7kg dan menyebabkan lebih sensitive terhadap gangguan keseimbangan
yang esensial harus dipulihkan. Kekurang air mengakibatkan rasa haus,
mekanisme ini dikendalikan oleh pusat haus di hipotalamus. Rasa haus
disebabkan oleh peningkatan osmolalitas cairan tubuh dan oleh
peningkatan konsentrasi angiostensi II dalam CSF.
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan
volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
· Mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal
ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara
tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
· Memeperhatikan
keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam
juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.
Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
b. Keseimbangan asam basa
Keseimbangan
asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam
cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah
>7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas
metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan
ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2. katabolisme zat organic
3. disosiasi
asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan
berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan
eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
2. Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan dan asam basa.
1. Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Pengaturan
Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Sebagai
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system
saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di
arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume
reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi
peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan
meningkatkan eksresi volume natrium dan air. perubahan
volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
2. Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan asam basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
3. Asidosis
metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru,
diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis
uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat
sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis
metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi
asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini
terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat
alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting. Terdapat tiga sistem yang mengatur pH tubuh : buffer kimia, sistem respiratorius, dan sistem renal.
Buffer kimia, substansi yang mengkombinasikan asam dan basa, bereraksi secara langsung untuk menjaga pH, dan merupakan kekuatan penjaga keseimbangan asam-basa tubuh yang paling efisien. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan intraseluler, dan cairan ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat, fosfat, dan protein.
Buffer kimia, substansi yang mengkombinasikan asam dan basa, bereraksi secara langsung untuk menjaga pH, dan merupakan kekuatan penjaga keseimbangan asam-basa tubuh yang paling efisien. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan intraseluler, dan cairan ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat, fosfat, dan protein.
Garis
pertahanan kedua dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa yaitu
sistem respirasi. Paru-paru mengatur karbon dioksida (CO2) dalam darah,
yang dikombinasikan dengan H2O untuk membentuk H2CO3-. Kemoreseptor pada
otak mendeteksi pergantian pH dan mengatur laju dan kedalaman respirasi
untuk mengatur level CO2. Lebih cepat, pernafasan yang lebih dalam akan
mengeliminasi CO2 dari paru-paru, dan lebih sedikit H2CO3 yang
terbentuk., sehingga pH naik. Alternatifnya, lebih lambat, dengan
pernapasan yang lebih dangkal akan mengurangi eksresi CO2, sehingga pH
akan turun.
Tekanan
parsial dari level arterial CO2 (PaCO2) menunjukkan level CO2 dalam
darah. PaCO2 normal yaitu 35 hingga 45 mm Hg. Level CO2 yang lebih
tinggi mengindikasikan hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal.
Level PaCO2 yang lebih rendah mengindikasikan suatu hiperventilasi.
Sistem respirasi, yang dapat menangani keseimbangan asam – basa seperti
halnya sistem buffer, bereaksi dalam hitungan menit, dengan kompensasi
yang temporer. Penyesuaian jangka panjang membutuhkan sistem renal.
Sistem
renal menjaga keseimbangan asam-basa dengan cara mengabsorbsi atau
mengeksresikan asam dan basa. Selain itu, ginjal juga dapat memproduksi
HCO3- untuk mengatasi persediaan yang rendah. Level HCO3- yang normal
yaitu 22 hingga 26 mEq/L. Ketika darah menjadi asam, ginjal akan
mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+. saat darah menjadi alkali
(basa), ginjal akan mengeksresikan HCO3-¬ dan menahan H+. Tidak seperti
paru-paru, ginjal dapat memberikan efek hingga 24 jam sebelum kembali ke
pH yang normal.
KESIMPULAN
1. Sistem perkemihan
Sistem
perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
· Fungsi
utama ginjal adalah untuk memelihara ketetapan volume cairan
ekstraseluler (ECF) dan osmolalitas dengan menyeimbangkan masukan dan
ekskresi Na+ dan air. Selanjutnya ginjal mencapai ketetapan konsentrasi K+ ekstraselular dan pH darah dan sel dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO-3 terhadap masukan mereka dan terhadap respirasi dan metabolism.
· Filtrasi
glomerulus. Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) adalah volume/waktu
yang difiltrasi oleh semua glomerulus. Kecepatan pada indicator tersebut
difiltrasi adalah GFR (l/menit). Kecepatan filtrasi=kecepatan ekskresi
atau GFR . Pin=Vu . Uin Jadi GFR= Vu . Uin/Pin (à A). Rata-rata LFG= 125 ml/menità 180 l/hari.
· Reasorbsi
tubulus terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah.
2. Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan
asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam
urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion
hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Despopoulos dan Stefan. 2000. Atlas Bewarna dan Teks Fisiologi, Jakarta: Hipokrates
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi Ginjal, Edisi ketiga. Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fkunhas.com, artikel kesehatan, 2010. Mengatur Keseimbangan Asam Basa. http://fkunhas.com/mengatur-keseimbangan-asam-basa-20100624202.html
Kuntarti, Jarumsuntik.com, 2009. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/