Sabtu, 01 September 2012

SISTEM PERKEMIHAN

A.    Pengertian sistem urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Miksi adalah Proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langkah utama yaitu:
1.      Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang.
2.      Timbul nilai refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih, atau jika ini gagal, setidak – tidaknya menimbulakan kesadaran  akan keinginan  untuk berkemih.
B.     Anatomi fisiologi system perkemihan
1.      Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar   12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya ± 140 gram (pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram). Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria. Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria:
1.      Sebagai tempat penyimpanan urine,
2.      mendorong urine keluar dari tubuh.
           Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.
1.      Korteks : bagian luar dari ginjal
2.      Medula : Bagian dalam dari ginjal
3.      Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga
4.      Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang mengelilingi piramid.
5.      Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
6.      Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.
7.      Kaliks minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan karena adanya duktus papilaris yang  masuk ke bagian pelvis ginjal.
8.      Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.
Fungsi utama ginjal adalah untuk memelihara ketetapan volume cairan ekstraseluler (ECF) dan osmolalitas dengan menyeimbangkan masukan dan ekskresi Na+ dan air. Selanjutnya ginjal mencapai ketetapan konsentrasi K+ ekstraselular dan pH darah dan sel dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO-3 terhadap masukan mereka dan terhadap respirasi dan metabolism. Di samping itu, bahwa ginjal menghemat bahan gizi misalnya glukosa, dan asam amino hingga mengekskresi hasil akhir metabolism seperti urea dan asam urat dan xenobiotik. Ginjal juga memiliki banyak fungsi metabolic seperti pembentukan arginin, glukoneogenesis, hydrolysis peptide dan merupakan sumber hormone misalnya angiotensin II, eritroprotein , hormone-D dan  prostaglandin. (atlas bewarna dan teks fisiologi, Wolf rudiger, hal 120)
Unit fungsional ginjal adalah nefron. 1,2 juta nefron membentuk setiap ginjal manusia. Pada permulaan nefron, dalam glomerulus, dara disaring yaitu protein dan sel tertahan, sedangkan air diteruskan ke dalam tubulus, dimana bagian terbesar ultrafiltrat ini ditranspor melintasi dinding tubulus dan memasuki darah kembali (resorpsi, reabsorpsi). Fraksi yang tidak direasorpsi tinggal dalam tubulus dan muncul dalam urin terminal (eksresi). Beberapa pelarut pelarut urin memasuki lumen nefron dari sel tubulus secara sekresi. (atlas bewarna dan teks fisiologi, Wolf rudiger, hal: 120)
2.      Nefron
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,2 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Dapat dibedakan dua jenis nefron:
1.      Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
2.      Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.
Bagian-bagian nefron:
a.       Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
·         Filtrasi glomerulus
Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) adalah volume/waktu yang difiltrasi oleh semua glomerulus. Rata-rata 1/5 atau 20% aliran plasma ginjal disaring pada glomerulus. Perbandingan ini GFR/RPF disebut fraksi filtrasi. GFR dapat ditentukan bila kecepatan aliran urin (Vu) dan konsentrasi indicator plasma dan urin (Pin dan Uin) diketahui. Kecepatan pada indicator tersebut difiltrasi adalah GFR (l/menit). Kecepatan filtrasi=kecepatan ekskresi atau GFR . Pin=Vu . Uin Jadi GFR= Vu . Uin/Pin (à A). Rata-rata LFG= 125 ml/menità 180 l/hari.
b.      Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c.       Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
1.      Tubulus proksimal yaitu Tubulus proksimal yang berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2.      Lengkung Henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal. Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
3.      Tubulus distal Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
·         Reabsorpsi tubulus
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis. 
·         Sekresi tubulus
Beberapa substansi merupakan produk metabolisme dalam sel tubulus akan memasuki lumen tubulus melalui seksresi seluler.
d.      Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
3.      Persarafan kandung kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhunbungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf motoik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda – tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan kandung kemih. Saraf motorik yang menjalar  dalam nervus pelvikus adalah serat para simpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak  dalam dinding kandung kemih, saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandumg kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih, yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Selain itu kandung kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis  melalui nervus hipogastrikus, terutama hubungan dengan segmen L2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensai rasa penuh  dan pada beberapa keadaan rasa nyeri.
4.      Eksresi urin
Sistometrogram merupakan pengisin kandung kemih dan tonus dinding kandung kemih. Perubahan tekanan intravesikular sewaktu kandung kemih terisi dengan urin pada saat tidak ada urin di dalam kandung kemih, tekanan intravesikuler, sekitar 0 tetapi setelah terisi urin sebanyak 30 sampai 50 mililiter,tekanan meningkat menjadi 5sampai 10 sentimeter air. Tambahan urin sebanyak 200 sampai 300 mililiter hanya sedikit menambah peningkatan tekanan, nilai tekanan yang konstan ini di sebabkan oleh tonus intrinsic pada dinding kandung kemih sendri. Bila urin yang terkumpul di dalam kandung kemih lebih banyak dari 300 sampai 400 mililiter akan menyebabkan peningkatan tekanan secara cepat. Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air,atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air.puncak tekanan ini disebut gelombang mikturisi.
C.    Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
1.      Konsep keseimbangan cairan dan asam basa
a.       Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang ada dalam tubuh yang terdiri dari air dan unsure lainnya. Air plasma di filtrasi pada ginjal kira-kira 120 ml/menit atau 180 l/hari. Kehilangan air terus menerus harus diseimbangkan dengan masukan dan dan produksi air yang sesuai. Rata-rata pergantian air pada orang dewasa sekitar 1/30 dari berat badan (2,41/70kg) sedangkan pada bayi fraksi tersebut jauh tinggi 1/10: 0,7/7kg dan menyebabkan lebih sensitive terhadap gangguan keseimbangan yang esensial harus dipulihkan. Kekurang air mengakibatkan rasa haus, mekanisme ini dikendalikan oleh pusat haus di hipotalamus. Rasa haus disebabkan oleh peningkatan osmolalitas cairan tubuh dan oleh peningkatan konsentrasi angiostensi II dalam CSF.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1.      Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
·         Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
·         Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
b.      Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1.      pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2.      katabolisme zat organic
3.      disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1.      perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.      mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3.      mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1.      mengaktifkan sistem dapar kimia
2.      mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3.      mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
2.      Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan dan asam basa.
1.      Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Sebagai pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit  diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air. perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
2.      Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan asam basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1.      Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2.      Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
3.      Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4.      Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.  Terdapat tiga sistem yang mengatur pH tubuh : buffer kimia, sistem respiratorius, dan sistem renal.
Buffer kimia, substansi yang mengkombinasikan asam dan basa, bereraksi secara langsung untuk menjaga pH, dan merupakan kekuatan penjaga keseimbangan asam-basa tubuh yang paling efisien. Buffer ini terdapat dalam darah, cairan intraseluler, dan cairan ekstraseluler. Buffer kimia yang utama yaitu bikarbonat, fosfat, dan protein.
Garis pertahanan kedua dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa yaitu sistem respirasi. Paru-paru mengatur karbon dioksida (CO2) dalam darah, yang dikombinasikan dengan H2O untuk membentuk H2CO3-. Kemoreseptor pada otak mendeteksi pergantian pH dan mengatur laju dan kedalaman respirasi untuk mengatur level CO2. Lebih cepat, pernafasan yang lebih dalam akan mengeliminasi CO2 dari paru-paru, dan lebih sedikit H2CO3 yang terbentuk., sehingga pH naik. Alternatifnya, lebih lambat, dengan pernapasan yang lebih dangkal akan mengurangi eksresi CO2, sehingga pH akan turun.
Tekanan parsial dari level arterial CO2 (PaCO2) menunjukkan level CO2 dalam darah. PaCO2 normal yaitu 35 hingga 45 mm Hg. Level CO2 yang lebih tinggi mengindikasikan hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal. Level PaCO2 yang lebih rendah mengindikasikan suatu hiperventilasi. Sistem respirasi, yang dapat menangani keseimbangan asam – basa seperti halnya sistem buffer, bereaksi dalam hitungan menit, dengan kompensasi yang temporer. Penyesuaian jangka panjang membutuhkan sistem renal.
Sistem renal menjaga keseimbangan asam-basa dengan cara mengabsorbsi atau mengeksresikan asam dan basa. Selain itu, ginjal juga dapat memproduksi HCO3- untuk mengatasi persediaan yang rendah. Level HCO3- yang normal yaitu 22 hingga 26 mEq/L. Ketika darah menjadi asam, ginjal akan mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+. saat darah menjadi alkali (basa), ginjal akan mengeksresikan HCO3-¬ dan menahan H+. Tidak seperti paru-paru, ginjal dapat memberikan efek hingga 24 jam sebelum kembali ke pH yang normal.



KESIMPULAN
1.      Sistem perkemihan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
·         Fungsi utama ginjal adalah untuk memelihara ketetapan volume cairan ekstraseluler (ECF) dan osmolalitas dengan menyeimbangkan masukan dan ekskresi Na+ dan air. Selanjutnya ginjal mencapai ketetapan konsentrasi K+ ekstraselular dan pH darah dan sel dengan mengatur ekskresi H+ dan HCO-3 terhadap masukan mereka dan terhadap respirasi dan metabolism.
·         Filtrasi glomerulus. Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) adalah volume/waktu yang difiltrasi oleh semua glomerulus. Kecepatan pada indicator tersebut difiltrasi adalah GFR (l/menit). Kecepatan filtrasi=kecepatan ekskresi atau GFR . Pin=Vu . Uin Jadi GFR= Vu . Uin/Pin (à A). Rata-rata LFG= 125 ml/menità 180 l/hari.
·         Reasorbsi tubulus terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah.
2.      Kompensasi tubuh terhadap ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
  

DAFTAR PUSTAKA

Despopoulos dan Stefan. 2000.  Atlas Bewarna dan Teks Fisiologi, Jakarta: Hipokrates
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II.  Jakarta: EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Siregar, Harris, dkk. 1995. Sistem Urogenitalia Fisiologi Ginjal, Edisi ketiga. Bagian Ilmu Fisiologi Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fkunhas.com, artikel kesehatan, 2010. Mengatur Keseimbangan Asam Basa. http://fkunhas.com/mengatur-keseimbangan-asam-basa-20100624202.html
Kuntarti, Jarumsuntik.com, 2009. Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/

Kamis, 30 Agustus 2012

Penyusunan Kuesioner Penelitian : Definisi, Tujuan, Persyaratan, Langkah dan Contoh quisioner Penelitian

Kuesioner adalah Daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik yang digunakan untuk alat pengumpulan data melalui survei.
Kuesioner harus sesuai dengan masalah yang diteliti. Oleh karena itu sebelum menyusun kuesioner, masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas.
Jenis data yang dapat dikumpulkan menggunakan kuesioner bisa kualitatif maupun uantitatif.

Tujuan pembentukan kuesioner: sebagai alat memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan penjabaran dari hipotesis

Persyaratan Kuesioner:

Relevan dengan tujuan penelitian
Mudah ditanyakan
Mudah dijawab
Data yang didapat mudah diolah

Langkah-Langkah Pembuatan Quesioner:

Langkah 1:
• Menentukan Hipotesis
• Menentukan tipe survey yang akan digunakan
• Menentukan pertanyaan-pertanyaan survey
• Menentukan kategori jawaban
• mendesain letak survey

Langkah 2:
• Rencanakan bagaimana data akan dikumpulkan
• Uji awal alat pengukuran

Langkah 3:
• tentukan target populasi
• tentukan teknik sampling (random sampling, non random sampling)
• tentukan ukuran sampel
• pilih sampel

Langkah 4:
• Temukan responden
• lakukan interview/wawancara
• kumpulkan data dengan teliti

Langkah 5:
• Masukkan data kedalam komputer
• periksa ulang seluruh data
• lakukan analisis statistik pada data yang diperoleh

Langkah 6:
• Jelaskan metode dan penemuan dalam laporan penelitian
• Presentasikan untuk mendapatkan masukan dan evaluasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Kuesioner:
1. Pertanyaan hendaknya jelas maksudnya:
a. Pertanyaan tidak terlalu luas
b. Pertanyaan tidak terlalu panjang
c. Pertanyaan tidak boleh memimpin
d. Menghindari pertanyaan yang dobel negatif
2. Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden
3. Pertanyaan menjamin responden untuk dengan mudah mengutarakan jawabannya
4. Pertanyaan hendaknya menghindari bias
5. Pertanyaan memotovasi responden untuk menjawab
6. Pertanyaan dapat menyaring responden
7. Pertanyaan hendaknya dibuat sesederhana mungkin

Tipe Pertanyaan dan Kategori Respon Berdasar jenis:

• Threatening questions/ Pertanyaan yang mengancam : aktivitas sexual, penggunaan obat-obatanan, perilaku menyimpang lainnya.
• Knowledge questions/ pertanyaan pengetahuan/ pertanyaan informatif : menanyakan ttg hal-hal yg telah diketahui responden.
• Skip or contingency questions / pertanyaan untuk dilewati atau diteruskan : penyaringan untuk responden tertentu

Bentuk pertanyaan:
1. Pertanyaan terbuka/ Open ended
– Free response questions: kebebasan bagi responden untuk menjawab.
– Directed response questions: kebebasan bagi responden untuk menjawab akan tetapi sudah sedikit diarahkan.

2. Bentuk pertanyaan tertutup/Close Ended
– Dichotomus choice: hanya disediakan 2 jawaban alternatif, responden memilih satu diantaranya.
– Multiple choice: menyediakan beberapa jawaban alternatif, responden memilih 1 jawaban yang sesuai dengan pendapat responden

Keuntungan Pertanyaan Tertutup :
Mudah dihitung persentase jawabannya.
Dapat menggunakan lembar jawaban komputer sehingga cepat menghitungnya.
Mudah melacak pendapat berdasarkan waktu
Mudah memfilter jawaban yang tidak berguna atau yang ekstrim.

Bayi Prematur

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi lahir sebelum usia kehamilan minggu ke-37 minggu dengan BB < 2500 gram, di Indonesia kejadian bayi prematur belum dapat dikembangkan di sini, tetapi angka di RSCM Jakarta tahun 2007 antara 22-24 % dapat semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun.
Pada bayi prematur yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2, pada bayi prematur semakin pendek masa kehamilan maka semakin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi semakin tinggi angka kematian prenatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal adalah mencegah terjadinya prematuritas, sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Penyebab dari prematuritas dapat dibagi : faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, tidak diketahui.
Saya praktek ditempatkan di Ruang Perinatal RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan banyak terjadi kasus bayi prematur. Jadi penulis tertarik membuat kasus prematur.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan prematur.
b. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan
2. Melakukan pengkajian data bayi dengan prematur
3. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah pada bayi dengan prematur
4. Dapat menentukan kebutuhan segera pada bayi dengan prematur
5. Dapat menentukan intervensi berdasarkan hasil masalah
6. Dapat melakukan implementasi pada bayi dengan prematur
7. Dapat mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilaksanakan.

1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan asuhan kebidanan ini pada bayi prematur yang dimulai dari pengkajian dan evaluasi.

1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan data yang digunakan penulisan dalam membuat asuhan kebidanan ini metode studi kasus dan pendekatan deskriptif dengan melakukan tinjauan melalui :
a. Anamnese
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data pasien maupun keluarga pasien untuk memperoleh data yang akurat tentang kesehatan klien.
b. Observasi
Dengan cara mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data yang akurat tentang kesehatan klien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan/ status pasien.

1.5 Pelaksanaan
Laporan ini merupakan hasil kegiatan praktek lapangan di ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan mulai tanggal 06-11-2007.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Prematur
2.1.1 Definisi
• Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan BB bayi prematur antara 1000 – 2000 gram. (Soepardian Suryani dan Retno Widyani, 2001 hal 26)
• Bayi prematur adalah masa gestasi < 37 minggu atau 259 hari dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. (Dr. Hasan Rusepno, 1985)
• Bayi prematur adalah bayi umur kehamilan < 37 minggu dan berat badan < 250 gram. (Sarwono Prawirohardjo, 1998)
• Bayi prematur adalah umur kehamilan 33-38 minggu dengan BBL 1500 – 2500 gram (Sarwono Prawirohardjo, 2002)
• Bayi prematur adalah bayi lahir pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan yang sesuai (Mochtar, Rustam 1998 hal 448)
2.1.2 Etiologi
Salah satu cara efektif untuk menurunkan angka kematian prenatal adalah mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Menurut besarnya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, penyakit lainnya adalah nefritis akut, DM, infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.



b. Usia
Angka kegiatan prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 30 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
d. Faktor kehamilan
- Hamil dengan hidramnion
- Hamil ganda
- Perdarahan antepartum
- Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
e. Faktor janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim
- Gangguan metabolisme janin.
f. Faktor-faktor lain
- Radiasi
- Bahan-bahan keratogen
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnese seringkali dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
c. Pertumbuhan BB ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergera, abdomen buncit, menangis lemah, kulit tipis, merah dan transparan.
b. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, dan hipotermi.
2.1.4 Klasifikasi Prematur
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya tidak sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi ibu/ neonatus kurang bulan sesuai umur kehamilan.
2. Desmaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi ibu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan.
2.1.5 Karakteristik
1. BB < 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala < 33 cm
4. Umur kehamilan < 37 minggu
5. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
6. Pernafasan tidak teratur antara 45-50 x/menit
7. Frekuensi nadi 100-140 x/menit
8. Kepala relatif lebih besar
9. Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
10. Otot hipotonik lemah
11. Ekstremitas : abduksi, sendi lutut/ kaki flexi lurus
12. Kepala tidak mampu tegak.
2.1.6 Penanganan
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.

1. Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur
- BB bayi dibawah 2 kg 35 0C
- BB bayi 2 kg – 2,5 kg 34 0C
Suhu inkubator diturunkan 1 0C setiap minggu, bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 – 27 0C.
2. Makanan BBLR
Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi smallpor date sebaiknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus dan makan yang harus diperhatikan adalah terdapat kemungkinan terjadinya pneomonia aspirasi.
Kemungkinan cairan untuk BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100 – 200 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/ kalori diberi O2 dan pernapasan buatan kalau perlu melakukan resusitasi dan memasang androtrakea intubasi. Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter, sebaliknya dipakai kateter dari palietilen yang dapat ditinggalkan di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter dari karet mudah menyebabkan iritasi dan infeksi :
- Yang dipakai kateter No.8 untuk bayi < 1500 gram dan No.10 bayi > 1500 gr.
- Panjang kateter yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan ukuran dari pangkal hidung ke processus xyphoidesus bila melalui hidung ditambah dengan jarak pangkal hidung ke liang telinga.
- Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah dimasak apakah di kateter cepat dilalui.
- Setelah kateter dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak nafas/ tidak bila bayi sesak mungkin kateter masuk trakea.
- Kemudian cairan berukuran (misalnya tabung suntikan yang 10-20 ml) diletakkan pada ujung kateter sebelah luar dan cairan susu dimasukkan ke dalam corong lalu dibiarkan mengalir ke lambung.
- Setelah minum, bayi didudukkan atau diletakkan kepala di pundak si pemberi minum selama 10-15 menit dan kemudian ditidurkan pada sisi kanan/ tengkurap.
3. Dasar perawatan
a. Pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan
b. Pernafasan harus segera dibenahi
c. Pertahankan suhu tubuh
d. Berikan nutrisi yang sesuai
e. Cegah infeksi
4. Pencegahan infeksi
- Isolasi BBLR dengan bayi infeksi dan tidak boleh dicampur
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Bersihkan tempat tidur segera setelah tidak terpakai
- Perlengkapan tersendiri setiap bayi
- Infeksi saluran nafas
- Pemberian makanan bayi
• Pada 2 jam pertama diberi makan penurunan Bb > 10 %
• ASI dengan pipit/ sendok hari pertama 60 cc/kg/hari. 200 cc/kg/hari akhir minggu kedua.
• ASI mengandung lemak yang mudah dicerna.

Apgar – Score
Score 0 1 2
A : Appea Rance (warna kulit) Biru, pucat Tubuh merah muda kaki + tangan biru Seluruh tubuh merah muda
P : Pulse (heart Rate) (denyut nadi) Tidak ada Lambat < 100 > 100
G : Grimace (refleks) Tidak ada Meringis Menangis kuat
A : Activity (Mus Cletone) tonus otot Lembek Sebagian ekstremitas lemas Bergerak aktif
R : Respiration (pernafasan) Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat

(Rustam Mochtar. 1998 : 430)

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Prematur
2.2.1 Pengkajian Data
Tanggal : ............. Jam : ..........
Tempat : ..............
No. Register : ...............
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Bayi : untuk menghindari kekeliruan
Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus
Jenis Kelamin : L/P
Umur :
Alamat : untuk memudahkan dilakukan pengkajian
Identitas orang tua
Nama ibu/ ayah : untuk menghindari kekeliruan
Umur ibu : untuk mengetahui resiko tinggi kehamilan/ tidak
Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual
Pendidikan : untuk memudahkan dalam pemberian KIE
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
Alamat : untuk memudahkan pengkajian
2. Keluhan Utama
- BB < 2500 gram
- PB < 45 cm
- UK < 37 minggu
3. Riwayat kesehatan sekarang
BBLR sering terjadi hipotermia, asfiksi dan infeksi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun atau tidak.
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat prenatal
- Hamil dengan hidramnion
- Hamil ganda
- Perdarahan antepartum
- Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
b. Riwayat Natal
UK < 37 minggu, BBL < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LL < 11 cm, LD < 34 cm, AS < 10, HR 130 – 160 x/menit, RR 30 – 60 x/menit.
c. Riwayat post natal
TTV bayi, HR 130 – 160 x/menit, RR 30 – 60 /menit dan langsung ditempatkan dalam inkubator.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Dipasang sonde dan seharusnya diberi ASI eksklusif.sesering mungkin Cairan BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100-200 call/kg/hari.Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap, dan kapasitas lambung masih kurang. Makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit tapi sering.
b. Eliminasi
Bayi BAB dengan konsistensi lembek, pekat, warna hitam (meconium keluar 1-3 hari) bayi BAK warna kuning jernih ± 15-20 x/menit 50-300 cc/jam.
c. Pola aktivitas
Pola aktivitas bayi bergerak lemah, merintih, menangis bila lapar, BAB dan BAK.
d. Pola istirahat
Pada umumnya bayi prematur tidak terus dan sesekali bangun ketika BAB dan BAK serta bila bayi merasa lapar, istirahat ± 20 jam/hari.
e. Personal hygiene
Bayi prematur harus dijaga suhu kehangatannya dan biasanya Cuma diseka di waktu pagi,dan ganti popok tiap bayi BAB/BAK agar tidak terjadi hipotermi,dan selalu dijaga kebersihan betdya.
7. Riwayat psikologis,sosial dan budaya
a. Psikologis
Tingkat psikologi ibu post partum
 Taking in: Suatu periode dimana tingkah laku tergantung pada orang lain berfokus pada dirinya sendiri,sehinga membutuhkan bantuan orang lain terjadi pada hari ke 1-2
Kelainan psikologis ibu post partum
 Baby Blush
Ibu merasa sedih,cemas,menangis tanpa sebab,ibu perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya ini merupakan tinkat ringan sehingga keluarga perlu memberi dukungan dan merawat bayinya.
b. Sosial budaya
Mengidentifikasikan kondisi lingkungan yang berhubungan dengan pola tumbang bayi didalam lingkungan.
Ibu mengatakan dalam lingkunganya masih ada adat selamatan mitoni.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik / cukup / lemah
Kesadaran : composmentis / somnolen / apatis / koma
TTV
HR : 130 – 160 x/menit
RR : 30 – 60 x/menit
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
BB : < 2500
PB : < 45 cm
LK : < 33 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Relatif lebih besar,tdak mampu tegak,rambut lanugo banyak tulang tengkorak lunak
Dada : Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea(gagal napas)
Abdomen : perut buncit, perut lebih kecil dari kepala
Ekstremitas : abduksi, sendi lutut/kaki flexi lurus,tipis transparan, rambut lanugo, lemak kulit kurang
b. Palpasi
Dada : tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : kulit abdomen tipis/ lunak
Ekstremitas : Kulit tipis transparan,lemak kurang
c. Auskultasi
Dada : 45-50x/menit
3. Pemeriksaan neurologis
- Reflek moro/ terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan kurang gerak terkejutnya.
Reflek rooting / mencari
Apabila pipi bayi disentuh dengan jari, maka ia akan menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu dengan lemah.
- Reflek menghisap/ sucking reflek
Apabila bayi diberi dot, bayi berusaha menghisap tetapi masih lemah.
- Reflek menggenggam
Bayi tidak dapat menggenggam karena keadaan umum bayi lemah
- Glabella refleks
Apabila bayi disentuh pada os glabella atau pangkal hidung dengan jari tangan pemeriksa, ia mengerutkan keningnya.


- Gland refleks
Bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri dengan jari tangan, ia berusaha mengangkat kedua pahanya tetapi gerakannya masih lemah.
- Konjungtiva mandibularis refleks.
Apabila bayi diberi rangsangan mulai pangkal kelopak mata ke atas kemudian membentuk garis lurus menuju mandibularis, bayi menutup matanya kemudian membuka, disertai refleks mengangkat pipi.
4. Pemeriksaan antropometri
- BB : 2500-4000 gram
- PB : 48-52 cm
- LK : 33 cm
- LL : 11 cm
- Diameter sub occipiti bregmatika
Ukuran dari foramen magnum ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
- Diameter sub occipito frontalis
Ukuran dari foremen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
- Diameter fronto occipitalis
Ukuran dari pangkal hidung ke titik terjauh belakang kepala (12 cm)
- Diameter mento occipitalis
Ukuran dari dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
- Diameter sub mento bregmatika
Ukuran dari bawah dagu ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
- Diameter bi parietalis
Ukuran terbesar antara kedua ossa parietalis (9 cm)
- Diameter bi temporalis
Ukuran terbesar antara sutara coronaria kiri dan kanan (8 cm)
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Adaptasi sosial
Bayi masih sulit beradaptasi dengan lingkungan luar, misal : suhu, lingkungan dan mudah terjadi hipotermi.


- Bahasa
Kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaan melalui tangisan untuk menyatakan rasa lapar, BAB, BAK, dan kesakitan.
- Motorik halus
Kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota badannya seperti menggerakan kepalanya.
- Motorik kasar
Reflek menggenggam bila telapak tangannya disenuth jari pemeriksa.
6. Pemeriksaan penunjang
7. Terapi
 Pengaturan Suhu Lingkungan
 Pencegahan infeksi
 Cegah asfiksi
 Berikan nutrisi yang sesuai
2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Bayi Ny “...” usia ..... dengan prematur
Ds : Bayi lahir L / P tanggal ....... dengan UK ....... bulan, BBL < 2500 gram
Do : Keadaan umum : baik / cukup / lemah
Kesadaran : composmentis / somnolen / apatis / koma
TTV
HR : 130 – 160 x/menit
RR : 30 – 60 x/menit
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
BB : < 2500
PB : < 45 cm
LK : < 33 cm
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Relatif lebih besar,tidak mampu tegak, rambut lanugo banyak,tulang tengkorak lunak.
Dada : Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas)
Abdomen : Perut lebih kecl dari kepala,buncit
Ekstremitas : Abduksi, sendi lutut / kaki flexi lurus,kulit tipis transparan,lemak kulit berkurang
2.2.3 Antisipasi Maslah Potensial
- Hipotermi
- Asfiksia
- Hipglikemia
- Infeksi
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Pemberian ASI yang Adequat
2.2.5 Intervensi
Dx : Bayi Ny “...” usia ...... dengan prematur .........
Tujuan : - Kebutuhan nutrisi terpenuhi
- BB bertambah
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi
Intervensi :
1. Tempatkan bayi pada inkubator
R/ suhu lingkungan bayi tetap terjaga
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan bilas dengan air lalu dikeringkan dengan handuk.
R/ prosedur pencegahan kontaminasi silang dan membunuh kuman 80%.
3. Lakukan observasi KU dan TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi
4. Pantau O2
R/ untuk mencukupi kebutuhan oksigen.
5. Pantau pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi per sonde
R/ agar bayi berkembang.

6. Timbang berat badan setiap pagi
R/ untuk mengetahui pertumbuhan bayi.
7. Lakukan observasi BAB dan BAK bayi
R/ deteksi keseimbangan elektrolit dalam tubuh (input dan output).
8. Ganti popok sesudah BAB dan BAK.
R/ Perpindahan panas secara evaporasi
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
R/ melakukan fungsi dependent.
10. Pemberian Nutrisi
R/ agar bayi terpenuhinya input dan outputnya
11. Perawatan Tali pusat
R/ Untuk mencegah infeksi
12. Perlengkapan bayi sendiri
R/ Agar tidak tertular dengan bayi yang lain
Intervensi :
a. Persiapan alat memasang sonde atau NDT
- Sonde ukuran
- Bak instrumen berisi sepasang handscone, spuit 10 cc
- Kom berisi air hangat
- Cylocain gel
- Stetoscop
- Plester
- Gunting
- Bengkok
- Korentang
2.2.6 Implementasi
Tanggal :
Jam :
Dx : By Ny” “ Umur....hari dengan prematur murni
Implementasi
Sesuai dengan intervensi.

2.2.7 Evaluasi
Tanggal :
Jam :
Dx : By Ny “.... “ umur ....... hari dengan prematur murni
S : -
O : Terpasang O2
Terpasang sonde
Injeksi kalmet 2 x ¼ , Vit K 2 mg secara IM
P : Observasi bayi dari tanda-tanda infeksi, hipoglikemia
Observasi Penempatan bayi pada incubator
Observasi suhu tubuh
Observasi intake dan output
Observasi sonde buntu atau tidak



















BAB III
TINJAUAN KASUS


3.3 Pengkajian Data
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 09.00 WIB
Tempat : Di ruang Perinatologi RSD Dr. Soedarsono Pasuruan
No. Register :
Oleh : Siti Karomatul Fitriya

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Bayi Ny “F”
Tanggal lahir : 06-11-2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 hari
Anak ke : 1 (satu)
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny “F” Nama Ayah : Tn “A”
Umur : 21 tahun Umur : 21 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Akper Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Polisi
Alamat : Mangga 2 Putut Rejo, Sumber Grati, Pasuruan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan di kamar bersalin RSD Dr. R. Soedarsono dengan jenis kelamin laki-laki tanggal 06-11-2007 UK 32-33 minggu BB 2400 gr, PB 49 cm.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Bayi lahir jam 08.10 WIB tanggal 06-11-2007, spontan biasa, jenis kelamin laki-laki, BBL 2400 gram, PB 49 cm, AS : 8-9, bayi menangis keras, gerak lemah.

4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi bayi seperti penyakit menular dan menahun (DM, TBC, hepatitis, hipertensi, jantung) maupun riwayat kehamilan kembar/ gemeli.
5. Riwayat kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat prenatal
- HPHT : 20-3-3007
- TP : 27-12-2007
- ANC : 3 kali selama hamil di bidan
- Kehamilan
Ibu mengatakan ini merupakan anak pertama, selama hamil tidak ada komplikasi, ibu hanya mual muntah, ibu sudah mendapat imunisasi TT 2 kali pada kehamilannya, dan mendapat tablet tambah darah ibu periksa di bidan dan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan serta tidak ada pantangan makan yang dilakukan selama hamil.
b. Riwayat natal
Ibu mengatakan bahwa ibu melahirkan anak pertamanya pada UK 32-33 minggu, tanggal 06-11-2007 di kamar bersalin RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan, BBL 2400 gram, PB 49 cm, Ll 11 cm, LK 32 cm, LD 28 cm, AS : 8-9, denyut nadi 130 x/menit, RR 50 x/menit, ketuban jernih, letak kepala dan ditolong oleh dokter SpoG.
c. Riwayat post natal
TTV bayi : nadi 130 x/menit, RR 50 x/menit, setelah lahir bayi langsung dikeringkan, ditempatkan dalam incubator dan dipasang sonde retensi lendir keruh ± 5 cc bilas 2x.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
- Dipasang sonde (+) retensi susu , PASI sesering mungkin
- Bayi diberi minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam lewat sonde.
b. Pola eliminasi
- Bayi BAB (+) 2 kali/hari, konsistensi pekat mekonium, warna hijau kehitaman .
- Bayi BAK (+) 4 kali/hari, warna kuning jernih.
c. Pola aktivitas
Bayi menangis keras, gerak lemah
d. Pola istirahat
Bayi tidurnya terganggu saat BAB, BAK dan lapar.
e. Personal hygiene
Bayi tidak boleh dimandikan (Cuma diseka), bedt tiap hari dibersihkan dan selalu dijaga kebersihannya, dijaga suhu tubuh, bantu popok setiap BAB atau BAK agar tidak terjadi hipotermi.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 36,5 0C
BB : 2400 gram
PB : 49 cm
LK : 32 cm
LL : 11 cm
LD : 28 cm
AS : 8 – 9
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut berwarna hitam halus, tidak ada caput
Muka : berwarna merah muda
Mata : sipit, conjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus
Hidung : batang hidung menonjol ke depan dan simetris, terpasang O2 sebelahnya sonde.
Telinga : normal, simetris, daun telinga lunak, tulang rawan elastis
Mulut : bibir lembab, berwarna merah muda, labiopalokisis (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/ vena jugularis
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi pada dada, tidak ada kelainan payudara.
Abdomen : kulit tipis, lemak kurang, tali pusat masih basah.
Genetalia : ♂ skrotum sudah turun
Anus : tidak mengalami atresia ani
Ekstremitas : kulit tipis transparan, abduksi, kaki flexi lurus, lanugo banyak, tidak ada kelainan (sindaktili, polidaktili)
b. Palpasi
Dada : tidak ada benjolan
Abdomen : kulit abdomen lunak
Ekstremitas : kulit tipis transparan, lemak kurang
c. Auskultasi
Dada : tidak ada ronchi, wheezing
3. Pemeriksaan Neuorologis
- Reflek moro kurang
- Reflek rooting kurang
- Reflek menghisap kurang
- Reflek menggenggam kurang
4. Pemeriksaan antropometri
- BB : 2400 gram
- PB : 49 cm
- LK : 32 cm
- LL : 11 cm
- Diameter sub occipito bregmatika (9 cm)
- Diameter sub ocapito frontalis (10 cm)
- Diameter ponto occipitalis (11 cm)
- Diameter mento occipitalis (13 cm)
- Diameter submento bregmatika (9 cm)
- Diameter biparetalis (9 cm)
- Diameter bitemporalis (8 cm)
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Adaptasi sosial : Bayi lahir dari lingkungan keluarga perekonomian cukup
- Bahasa : menangis keras
- Motorik halus : gerak lemah
- Motorik kasar : reflek menggenggam kurang
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.
7. Terapi yang diberikan
Injeksi kalmet 2 ¼ , vit K 2 mg
8. Riwayat psikologi, sosial dan budaya
a. Psikologi
Bayi seharusnya dilakukan rawat gabung agar terjalin bounding attachment.
b. Sosial
Tidak dikaji.
c. Budaya
Tidak dikaji.

3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 06-11-2007 dengan UK 32-33 minggu, BBL 2400 gr, PB 49 cm.
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
LK : 32 cm
UK : 32-33 minggu
Suhu : 36,5 0C
A-S : 8-9
a. Inspeksi
Kepala : Relatif besar, rambut lanugo banyak
Dada : Tidak ada retraksi pada dada, tidak ada kelainan payudara
Abdomen : Perut lebih kecil dari kepala, tipis transparan, lemak kurang
Ekstremitas : Kulit tipis transparan, abduksi flexi lurus, lanugo banyak

3.3 Antisipasi Masalah Potensial
- Hipotermia
- Asfiksia
- Hipoglikemia
- Infeksi

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Jaga suhu tubuh tetap hangat dalam inkubator
- Pemberian ASI yang adekuat.

3.5 Intervensi
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
BB bertambah
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi
- Tidak terjadi infeksi

Intervensi
1. Tempatkan bayi dalam incubator
R/ suhu lingkungan bayi tetap terjaga.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan bilas dengan air lalu dikeringkan dengan handuk.
3. Lakukan observasi KU dan TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi.
4. Observasi O2
R/ untuk mencukupi kebutuhan oksigen.
5. Observasi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi per sonde
R/ agar bayi berkembang.
6. Observasi berat badan dengan ketat.
R/ untuk mengetahui pertumbuhan bayi.
7. Lakukan observasi BAB dan BAK bayi.
R/ deteksi keseimbangan elektrolit dalam tubuh (input dan output)
8. Ganti popok sesudah BAB dan BAK
R/ perpindahan panas secara evaporasi
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
R/ melakukan fungsi dependent.
Cara pemasangan sonde
• Persiapan alat
- Sonde No.6
- Stetoscope
- Spuit 10 cc
- Bengkok
- Plester
- Mangkok berisi air matang
- Hand scoen steril
- Kalau perlu xylocom jelly
• Persiapan pasien
- Memberitahu keluarga tujuan dilakukannya tindakan
- Memberitahu keluarga tindakan yang akan dilakukan.
• Langkah-langkah
o Mencuci tangan dan mengeringkannya
o Membawa alat-alat ke dekat pasien
o Mengatur posisi kepala pasien dengan ditengahdahkan (ekstensi)
o Menggunakan handsoen
o Memasukkan ujung sonde lewat salah satu lubang hidung menuju laring faring, esofagus, epigastrum secara perlahan-lahan.
o Cek sonde :
Menghisap cairan lambung (normalnya warna kuning)
o Manifestasi sonde dan membersihkan mulut
o Menerapkan pasien
o Melepas hand scoon dan merendam dalam larutan klorm
o Memberikan alat dan mengembalikan pada tempatnya
o Mencuci tangan
o Melihat reaksi klien
Memberitahukan tindakan yang telah dilakukan
Pemasangan O2
 Persiapan alat
- Tabung O2
- Humidifier
- Nasal kanule
 Persiapan pasien
- Memberitahu keluarga tujuan dilakukan tindakan
- Memberitahu keluarga tindakan yang akan dilakukan.
 Langkah-langkah
- Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
- Menyiapkan tabung O2 dan humidifier menunjukkan level 0,5 l
- Memasukkan nasal kanule ke dalam hidung
- Mengatur aliran O2 0,5 l/menit
- Membersihkan nasal kanule 8 jam sekali
- Merapikan lingkungan dan pasien
- Membersihkan alat.
3.6 Implementasi
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 09.00 WIB
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
Jam 09.00 : Segera menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33 0C
Jam 09.10 : Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan air mengalir kemudian mengeringkannya dengan handuk kering.
Jam 09.15 : Melakukan pemeriksaan KU dan TTV dengan hasil :
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Jam 09.45 : Pantau O2 untuk mencukupi kebutuhan
Jam 09.55 : Pantau sonde pada bayi
Jam 10.00 : Lakukan penimbangan berat badan tiap hari
Jam 10.00 : Melakukan observasi BAB dan BAK bayi
- BAB berupa konsistensi pekat mekonium, berwarna hijau, kehitaman 2 x sehari.
- BAK 4 x sehari.
Jam 10.15 : Mengganti popok sesudah BAB dan BAK
Jam 10.20 : Kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
Tx : Inj. Kalmet 2 ½ lewat IM 3 x sehari
Vit K 2 mg

3.7 Evaluasi
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 10.20 WIB
Tempat : Di Ruang Perinatal RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.
S : -
O : K/U : cukup, menangis keras
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,5 0C
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
Muntah (-), sonde (+) retensi lendir keruh ± 5 cc bilas (+) coba minum prenan 1 tk 30 15 cc/jam.
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
P : Intervensi dilanjutkan
BB bertambah
Observasi suhu tubuh
Observasi intake dan output
Observasi sonde suhu atau tidak
- Minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam
- Observasi perkembangan bayi selanjutnya.


CATATAN PERKEMBANGAN


Tanggal : 07-11-2007
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
S : -
O : - K/U cukup, menangis keras
- HR : 130 x/menit - Muntah (+) 1 x sonde (+) retensi susu
- RR : 50 x/menit - BAB 1 x/10 jam, bau khas, konsistensi lembek atau lengket
- Suhu : 36,5 0C - BAK 2 x/jam, warna kuning
- BB : 2300 gram - BB turun 100 gr dari BB lahir
- Minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam
Muntah : tidak muntah
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari prematur murni dengan penurunan BB
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi bayi dari tanda-tanda infeksi, hipoglikemi.
- Meningkatkan kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
Tx : Inj. Kalmet 2 x ¼ amp
Vit K 2 mg

Tanggal : 08-11-2007
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
S : -
O : - K/U cukup, menangis keras
- HR : 130 x/menit
- RR : 50 x/menit
- Suhu : 36,5 0C
- BB : 2300 gr
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
P : Intervensi dihentikan (pasien pulang)
KIE
1. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan (ASI eksklusif)
2. Berikan pengertian imunisasi
3. Berikan pengertian gizi ibu menyusui
4. Berikan demo cara meneteki yang benar.







BAB IV
PEMBAHASAN


Pada tanggal 6 November 2007 telah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “F” umur 2 hari dengan prematur murni. Dalam asuhan ini dilakukan pemasangan sonde dengan hasil retensi susu ± 2 cc. Pemasangan O2 sebanyak 2 liter/ 24 jam untuk melancarkan pernafasan bayi. Dilakukan perawatan dalam inkubator dengan suhu 33-35 0C dan tidak terjadi sianosis.
Dari hasil tindakan yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yakni dalam pemasangan sonde. Dalam teori saat tindakan memasukkan sonde harus menggunakan handscoen dan mengukur dari telinga ke pangkal hidung dan ke lambung. Tetapi dalam tindakan di lapangan perawat tidak menggunakan handscoon dan tidak melakukan pengukuran. Setelah sonde direndam dalam air hangat. Sonde langsung dimasukkan dengan menggunakan tangan yang justru bisa memperparah terjadinya infeksi pada bayi.

BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.
Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin, faktor-faktor lain.
Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
Pengaturan suhu lingkungan seperti bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur sekitar 24-37 0C. Makanan BBLR umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya, kapaistas lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit namun sering. Dasar perawatannya seperti pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan, pernafasan harus segera dibenahi, pertahankan suhu tubuh berikan nutrisi yang sesuai pencegahan infeksi.
Dari hasil tindakan yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam lapangan, yakni dalam pemasangan sonde di teori di sebutkan bahwa petugas menggunakan handscoon dan mengukur dari telinga ke pangkal hidung, dari pangkal hidung menuju epigastrum, tetapi dalam kenyataan praktek petugas hanya menggunakan tangan biasa tanpa konde serta tidak dilakukan pengukuran.

5.2 Saran
1. Untuk RS
Diharapkan agar rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kasus dan kondisi pasien agar mempercepat BB normal dan tidak terjadi komplikasi
2. Untuk masyarakat diharapkan menyebarkan tentang anjuran pada ibu hamil untuk melakukan ANC dan imunisasi TT secara rutin agar tidak terjadi kelahiran dengan prematur.
3. Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa telah memperbanyak pengetahuan mengenai tanda gejala dan komplikasi dari prematur, sehingga mempermudah tindakan asuhan kebidanan dalam praktek lapangan.

DAFTAR PUSTAKA


Barbara, Hadson. 1995. Perawatan Bayi Prematur. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi. YBP-SP
Soepardan, Suryani dan Retno Widyani. 2001. Jakarta : Puspa Swara
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1. Jakarta : EGC
FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika.