BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi prematur
adalah bayi lahir sebelum usia kehamilan minggu ke-37 minggu dengan BB
< 2500 gram, di Indonesia kejadian bayi prematur belum dapat
dikembangkan di sini, tetapi angka di RSCM Jakarta tahun 2007 antara
22-24 % dapat semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun.
Pada bayi
prematur yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan
pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2, pada bayi prematur
semakin pendek masa kehamilan maka semakin sulit dan banyak persoalan
yang akan dihadapi semakin tinggi angka kematian prenatal. Biasanya
kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan
trauma pada otak.
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan
angka kematian perinatal adalah mencegah terjadinya prematuritas, sampai
sekarang pengetahuan mengenai etiologi prematuritas belum cukup
memuaskan. Penyebab dari prematuritas dapat dibagi : faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, tidak diketahui.
Saya praktek ditempatkan di
Ruang Perinatal RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan banyak terjadi kasus bayi
prematur. Jadi penulis tertarik membuat kasus prematur.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan prematur.
b. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan
2. Melakukan pengkajian data bayi dengan prematur
3. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah pada bayi dengan prematur
4. Dapat menentukan kebutuhan segera pada bayi dengan prematur
5. Dapat menentukan intervensi berdasarkan hasil masalah
6. Dapat melakukan implementasi pada bayi dengan prematur
7. Dapat mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilaksanakan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan asuhan kebidanan ini pada bayi prematur yang dimulai dari pengkajian dan evaluasi.
1.4 Metode Penulisan
Metode
penulisan data yang digunakan penulisan dalam membuat asuhan kebidanan
ini metode studi kasus dan pendekatan deskriptif dengan melakukan
tinjauan melalui :
a. Anamnese
Komunikasi langsung yang
bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data pasien maupun
keluarga pasien untuk memperoleh data yang akurat tentang kesehatan
klien.
b. Observasi
Dengan cara mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data yang akurat tentang kesehatan klien.
c. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan/ status pasien.
1.5 Pelaksanaan
Laporan
ini merupakan hasil kegiatan praktek lapangan di ruang Perinatologi RSD
Dr. R. Soedarsono Pasuruan mulai tanggal 06-11-2007.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Prematur
2.1.1 Definisi
•
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, biasanya < 37
minggu dengan BB bayi prematur antara 1000 – 2000 gram. (Soepardian
Suryani dan Retno Widyani, 2001 hal 26)
• Bayi prematur adalah masa
gestasi < 37 minggu atau 259 hari dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan. (Dr. Hasan Rusepno, 1985)
• Bayi prematur adalah bayi umur kehamilan < 37 minggu dan berat badan < 250 gram. (Sarwono Prawirohardjo, 1998)
• Bayi prematur adalah umur kehamilan 33-38 minggu dengan BBL 1500 – 2500 gram (Sarwono Prawirohardjo, 2002)
• Bayi prematur adalah bayi lahir pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan yang sesuai (Mochtar, Rustam 1998 hal 448)
2.1.2 Etiologi
Salah
satu cara efektif untuk menurunkan angka kematian prenatal adalah
mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai
etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Menurut besarnya penyebab
kelahiran bayi prematur dapat dibagi :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, penyakit
lainnya adalah nefritis akut, DM, infeksi akut atau tindakan operatif
dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kegiatan prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun
pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 30 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
d. Faktor kehamilan
- Hamil dengan hidramnion
- Hamil ganda
- Perdarahan antepartum
- Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
e. Faktor janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim
- Gangguan metabolisme janin.
f. Faktor-faktor lain
- Radiasi
- Bahan-bahan keratogen
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnese seringkali dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
c. Pertumbuhan BB ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
a.
Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu jaringan lemak
bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergera, abdomen
buncit, menangis lemah, kulit tipis, merah dan transparan.
b. Bayi
prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernafasan, dan hipotermi.
2.1.4 Klasifikasi Prematur
1. Prematuritas murni
Masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya tidak sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi ibu/ neonatus kurang bulan sesuai umur
kehamilan.
2. Desmaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB
seharusnya untuk masa gestasi ibu, berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan.
2.1.5 Karakteristik
1. BB < 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala < 33 cm
4. Umur kehamilan < 37 minggu
5. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
6. Pernafasan tidak teratur antara 45-50 x/menit
7. Frekuensi nadi 100-140 x/menit
8. Kepala relatif lebih besar
9. Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
10. Otot hipotonik lemah
11. Ekstremitas : abduksi, sendi lutut/ kaki flexi lurus
12. Kepala tidak mampu tegak.
2.1.6 Penanganan
Yang
perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa
kehamilan, makin sulit dan makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin
tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh
pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
1. Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur
- BB bayi dibawah 2 kg 35 0C
- BB bayi 2 kg – 2,5 kg 34 0C
Suhu inkubator diturunkan 1 0C setiap minggu, bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 – 27 0C.
2. Makanan BBLR
Umumnya
bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya, kapasitas
lambung masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi
sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi smallpor date sebaiknya
kelihatan seperti orang kelaparan, rakus dan makan yang harus
diperhatikan adalah terdapat kemungkinan terjadinya pneomonia aspirasi.
Kemungkinan
cairan untuk BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100 – 200 cal/kg/hari.
Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk segera
mungkin mencukupi kebutuhan cairan/ kalori diberi O2 dan pernapasan
buatan kalau perlu melakukan resusitasi dan memasang androtrakea
intubasi. Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter,
sebaliknya dipakai kateter dari palietilen yang dapat ditinggalkan di
lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter dari karet mudah
menyebabkan iritasi dan infeksi :
- Yang dipakai kateter No.8 untuk bayi < 1500 gram dan No.10 bayi > 1500 gr.
-
Panjang kateter yang dimasukkan bila melalui mulut ialah sama dengan
ukuran dari pangkal hidung ke processus xyphoidesus bila melalui hidung
ditambah dengan jarak pangkal hidung ke liang telinga.
- Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah dimasak apakah di kateter cepat dilalui.
- Setelah kateter dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak nafas/ tidak bila bayi sesak mungkin kateter masuk trakea.
-
Kemudian cairan berukuran (misalnya tabung suntikan yang 10-20 ml)
diletakkan pada ujung kateter sebelah luar dan cairan susu dimasukkan ke
dalam corong lalu dibiarkan mengalir ke lambung.
- Setelah minum,
bayi didudukkan atau diletakkan kepala di pundak si pemberi minum selama
10-15 menit dan kemudian ditidurkan pada sisi kanan/ tengkurap.
3. Dasar perawatan
a. Pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan persalinan
b. Pernafasan harus segera dibenahi
c. Pertahankan suhu tubuh
d. Berikan nutrisi yang sesuai
e. Cegah infeksi
4. Pencegahan infeksi
- Isolasi BBLR dengan bayi infeksi dan tidak boleh dicampur
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Bersihkan tempat tidur segera setelah tidak terpakai
- Perlengkapan tersendiri setiap bayi
- Infeksi saluran nafas
- Pemberian makanan bayi
• Pada 2 jam pertama diberi makan penurunan Bb > 10 %
• ASI dengan pipit/ sendok hari pertama 60 cc/kg/hari. 200 cc/kg/hari akhir minggu kedua.
• ASI mengandung lemak yang mudah dicerna.
Apgar – Score
Score 0 1 2
A : Appea Rance (warna kulit) Biru, pucat Tubuh merah muda kaki + tangan biru Seluruh tubuh merah muda
P : Pulse (heart Rate) (denyut nadi) Tidak ada Lambat < 100 > 100
G : Grimace (refleks) Tidak ada Meringis Menangis kuat
A : Activity (Mus Cletone) tonus otot Lembek Sebagian ekstremitas lemas Bergerak aktif
R : Respiration (pernafasan) Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
(Rustam Mochtar. 1998 : 430)
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Prematur
2.2.1 Pengkajian Data
Tanggal : ............. Jam : ..........
Tempat : ..............
No. Register : ...............
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Bayi : untuk menghindari kekeliruan
Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus
Jenis Kelamin : L/P
Umur :
Alamat : untuk memudahkan dilakukan pengkajian
Identitas orang tua
Nama ibu/ ayah : untuk menghindari kekeliruan
Umur ibu : untuk mengetahui resiko tinggi kehamilan/ tidak
Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual
Pendidikan : untuk memudahkan dalam pemberian KIE
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
Alamat : untuk memudahkan pengkajian
2. Keluhan Utama
- BB < 2500 gram
- PB < 45 cm
- UK < 37 minggu
3. Riwayat kesehatan sekarang
BBLR sering terjadi hipotermia, asfiksi dan infeksi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun atau tidak.
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat prenatal
- Hamil dengan hidramnion
- Hamil ganda
- Perdarahan antepartum
- Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
b. Riwayat Natal
UK < 37 minggu, BBL < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LL
< 11 cm, LD < 34 cm, AS < 10, HR 130 – 160 x/menit, RR 30 – 60
x/menit.
c. Riwayat post natal
TTV bayi, HR 130 – 160 x/menit, RR 30 – 60 /menit dan langsung ditempatkan dalam inkubator.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Dipasang sonde dan seharusnya diberi ASI eksklusif.sesering mungkin
Cairan BBL 120 – 150 ml/kg/hari atau 100-200 call/kg/hari.Umumnya bayi
prematur belum sempurna reflek menghisap, dan kapasitas lambung masih
kurang. Makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit tapi sering.
b. Eliminasi
Bayi BAB dengan konsistensi lembek, pekat, warna hitam (meconium keluar
1-3 hari) bayi BAK warna kuning jernih ± 15-20 x/menit 50-300 cc/jam.
c. Pola aktivitas
Pola aktivitas bayi bergerak lemah, merintih, menangis bila lapar, BAB dan BAK.
d. Pola istirahat
Pada umumnya bayi prematur tidak terus dan sesekali bangun ketika BAB
dan BAK serta bila bayi merasa lapar, istirahat ± 20 jam/hari.
e. Personal hygiene
Bayi prematur harus dijaga suhu kehangatannya dan biasanya Cuma diseka
di waktu pagi,dan ganti popok tiap bayi BAB/BAK agar tidak terjadi
hipotermi,dan selalu dijaga kebersihan betdya.
7. Riwayat psikologis,sosial dan budaya
a. Psikologis
Tingkat psikologi ibu post partum
Taking in: Suatu periode dimana tingkah laku tergantung pada orang lain
berfokus pada dirinya sendiri,sehinga membutuhkan bantuan orang lain
terjadi pada hari ke 1-2
Kelainan psikologis ibu post partum
Baby Blush
Ibu merasa sedih,cemas,menangis tanpa sebab,ibu perlu beradaptasi
dengan lingkungan barunya ini merupakan tinkat ringan sehingga keluarga
perlu memberi dukungan dan merawat bayinya.
b. Sosial budaya
Mengidentifikasikan kondisi lingkungan yang berhubungan dengan pola tumbang bayi didalam lingkungan.
Ibu mengatakan dalam lingkunganya masih ada adat selamatan mitoni.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik / cukup / lemah
Kesadaran : composmentis / somnolen / apatis / koma
TTV
HR : 130 – 160 x/menit
RR : 30 – 60 x/menit
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
BB : < 2500
PB : < 45 cm
LK : < 33 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Relatif lebih besar,tdak mampu tegak,rambut lanugo banyak tulang tengkorak lunak
Dada : Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea(gagal napas)
Abdomen : perut buncit, perut lebih kecil dari kepala
Ekstremitas : abduksi, sendi lutut/kaki flexi lurus,tipis transparan, rambut lanugo, lemak kulit kurang
b. Palpasi
Dada : tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : kulit abdomen tipis/ lunak
Ekstremitas : Kulit tipis transparan,lemak kurang
c. Auskultasi
Dada : 45-50x/menit
3. Pemeriksaan neurologis
- Reflek moro/ terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan kurang gerak terkejutnya.
Reflek rooting / mencari
Apabila pipi bayi disentuh dengan jari, maka ia akan menolehkan kepalanya mencari sentuhan itu dengan lemah.
- Reflek menghisap/ sucking reflek
Apabila bayi diberi dot, bayi berusaha menghisap tetapi masih lemah.
- Reflek menggenggam
Bayi tidak dapat menggenggam karena keadaan umum bayi lemah
- Glabella refleks
Apabila bayi disentuh pada os glabella atau pangkal hidung dengan jari tangan pemeriksa, ia mengerutkan keningnya.
- Gland refleks
Bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri dengan jari tangan, ia
berusaha mengangkat kedua pahanya tetapi gerakannya masih lemah.
- Konjungtiva mandibularis refleks.
Apabila bayi diberi rangsangan mulai pangkal kelopak mata ke atas
kemudian membentuk garis lurus menuju mandibularis, bayi menutup matanya
kemudian membuka, disertai refleks mengangkat pipi.
4. Pemeriksaan antropometri
- BB : 2500-4000 gram
- PB : 48-52 cm
- LK : 33 cm
- LL : 11 cm
- Diameter sub occipiti bregmatika
Ukuran dari foramen magnum ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
- Diameter sub occipito frontalis
Ukuran dari foremen magnum ke pangkal hidung (11 cm)
- Diameter fronto occipitalis
Ukuran dari pangkal hidung ke titik terjauh belakang kepala (12 cm)
- Diameter mento occipitalis
Ukuran dari dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)
- Diameter sub mento bregmatika
Ukuran dari bawah dagu ke ubun-ubun besar (9,5 cm)
- Diameter bi parietalis
Ukuran terbesar antara kedua ossa parietalis (9 cm)
- Diameter bi temporalis
Ukuran terbesar antara sutara coronaria kiri dan kanan (8 cm)
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Adaptasi sosial
Bayi masih sulit beradaptasi dengan lingkungan luar, misal : suhu, lingkungan dan mudah terjadi hipotermi.
- Bahasa
Kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaan melalui tangisan untuk menyatakan rasa lapar, BAB, BAK, dan kesakitan.
- Motorik halus
Kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota badannya seperti menggerakan kepalanya.
- Motorik kasar
Reflek menggenggam bila telapak tangannya disenuth jari pemeriksa.
6. Pemeriksaan penunjang
7. Terapi
Pengaturan Suhu Lingkungan
Pencegahan infeksi
Cegah asfiksi
Berikan nutrisi yang sesuai
2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Bayi Ny “...” usia ..... dengan prematur
Ds : Bayi lahir L / P tanggal ....... dengan UK ....... bulan, BBL < 2500 gram
Do : Keadaan umum : baik / cukup / lemah
Kesadaran : composmentis / somnolen / apatis / koma
TTV
HR : 130 – 160 x/menit
RR : 30 – 60 x/menit
Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
BB : < 2500
PB : < 45 cm
LK : < 33 cm
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Relatif lebih besar,tidak mampu tegak, rambut lanugo banyak,tulang tengkorak lunak.
Dada : Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas)
Abdomen : Perut lebih kecl dari kepala,buncit
Ekstremitas : Abduksi, sendi lutut / kaki flexi lurus,kulit tipis transparan,lemak kulit berkurang
2.2.3 Antisipasi Maslah Potensial
- Hipotermi
- Asfiksia
- Hipglikemia
- Infeksi
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Pemberian ASI yang Adequat
2.2.5 Intervensi
Dx : Bayi Ny “...” usia ...... dengan prematur .........
Tujuan : - Kebutuhan nutrisi terpenuhi
- BB bertambah
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi
Intervensi :
1. Tempatkan bayi pada inkubator
R/ suhu lingkungan bayi tetap terjaga
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan bilas dengan air lalu dikeringkan dengan handuk.
R/ prosedur pencegahan kontaminasi silang dan membunuh kuman 80%.
3. Lakukan observasi KU dan TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi
4. Pantau O2
R/ untuk mencukupi kebutuhan oksigen.
5. Pantau pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi per sonde
R/ agar bayi berkembang.
6. Timbang berat badan setiap pagi
R/ untuk mengetahui pertumbuhan bayi.
7. Lakukan observasi BAB dan BAK bayi
R/ deteksi keseimbangan elektrolit dalam tubuh (input dan output).
8. Ganti popok sesudah BAB dan BAK.
R/ Perpindahan panas secara evaporasi
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
R/ melakukan fungsi dependent.
10. Pemberian Nutrisi
R/ agar bayi terpenuhinya input dan outputnya
11. Perawatan Tali pusat
R/ Untuk mencegah infeksi
12. Perlengkapan bayi sendiri
R/ Agar tidak tertular dengan bayi yang lain
Intervensi :
a. Persiapan alat memasang sonde atau NDT
- Sonde ukuran
- Bak instrumen berisi sepasang handscone, spuit 10 cc
- Kom berisi air hangat
- Cylocain gel
- Stetoscop
- Plester
- Gunting
- Bengkok
- Korentang
2.2.6 Implementasi
Tanggal :
Jam :
Dx : By Ny” “ Umur....hari dengan prematur murni
Implementasi
Sesuai dengan intervensi.
2.2.7 Evaluasi
Tanggal :
Jam :
Dx : By Ny “.... “ umur ....... hari dengan prematur murni
S : -
O : Terpasang O2
Terpasang sonde
Injeksi kalmet 2 x ¼ , Vit K 2 mg secara IM
P : Observasi bayi dari tanda-tanda infeksi, hipoglikemia
Observasi Penempatan bayi pada incubator
Observasi suhu tubuh
Observasi intake dan output
Observasi sonde buntu atau tidak
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.3 Pengkajian Data
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 09.00 WIB
Tempat : Di ruang Perinatologi RSD Dr. Soedarsono Pasuruan
No. Register :
Oleh : Siti Karomatul Fitriya
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Bayi Ny “F”
Tanggal lahir : 06-11-2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 hari
Anak ke : 1 (satu)
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny “F” Nama Ayah : Tn “A”
Umur : 21 tahun Umur : 21 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Akper Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa Pekerjaan : Polisi
Alamat : Mangga 2 Putut Rejo, Sumber Grati, Pasuruan
2. Keluhan Utama
Ibu
mengatakan telah melahirkan di kamar bersalin RSD Dr. R. Soedarsono
dengan jenis kelamin laki-laki tanggal 06-11-2007 UK 32-33 minggu BB
2400 gr, PB 49 cm.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Bayi lahir jam
08.10 WIB tanggal 06-11-2007, spontan biasa, jenis kelamin laki-laki,
BBL 2400 gram, PB 49 cm, AS : 8-9, bayi menangis keras, gerak lemah.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
yang dapat mempengaruhi bayi seperti penyakit menular dan menahun (DM,
TBC, hepatitis, hipertensi, jantung) maupun riwayat kehamilan kembar/
gemeli.
5. Riwayat kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat prenatal
- HPHT : 20-3-3007
- TP : 27-12-2007
- ANC : 3 kali selama hamil di bidan
- Kehamilan
Ibu
mengatakan ini merupakan anak pertama, selama hamil tidak ada
komplikasi, ibu hanya mual muntah, ibu sudah mendapat imunisasi TT 2
kali pada kehamilannya, dan mendapat tablet tambah darah ibu periksa di
bidan dan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan serta tidak ada pantangan makan
yang dilakukan selama hamil.
b. Riwayat natal
Ibu mengatakan
bahwa ibu melahirkan anak pertamanya pada UK 32-33 minggu, tanggal
06-11-2007 di kamar bersalin RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan, BBL 2400
gram, PB 49 cm, Ll 11 cm, LK 32 cm, LD 28 cm, AS : 8-9, denyut nadi 130
x/menit, RR 50 x/menit, ketuban jernih, letak kepala dan ditolong oleh
dokter SpoG.
c. Riwayat post natal
TTV bayi : nadi 130 x/menit,
RR 50 x/menit, setelah lahir bayi langsung dikeringkan, ditempatkan
dalam incubator dan dipasang sonde retensi lendir keruh ± 5 cc bilas 2x.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
- Dipasang sonde (+) retensi susu , PASI sesering mungkin
- Bayi diberi minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam lewat sonde.
b. Pola eliminasi
- Bayi BAB (+) 2 kali/hari, konsistensi pekat mekonium, warna hijau kehitaman .
- Bayi BAK (+) 4 kali/hari, warna kuning jernih.
c. Pola aktivitas
Bayi menangis keras, gerak lemah
d. Pola istirahat
Bayi tidurnya terganggu saat BAB, BAK dan lapar.
e. Personal hygiene
Bayi tidak boleh dimandikan (Cuma diseka), bedt tiap hari dibersihkan
dan selalu dijaga kebersihannya, dijaga suhu tubuh, bantu popok setiap
BAB atau BAK agar tidak terjadi hipotermi.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 36,5 0C
BB : 2400 gram
PB : 49 cm
LK : 32 cm
LL : 11 cm
LD : 28 cm
AS : 8 – 9
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut berwarna hitam halus, tidak ada caput
Muka : berwarna merah muda
Mata : sipit, conjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus
Hidung : batang hidung menonjol ke depan dan simetris, terpasang O2 sebelahnya sonde.
Telinga : normal, simetris, daun telinga lunak, tulang rawan elastis
Mulut : bibir lembab, berwarna merah muda, labiopalokisis (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/ vena jugularis
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi pada dada, tidak ada kelainan payudara.
Abdomen : kulit tipis, lemak kurang, tali pusat masih basah.
Genetalia : ♂ skrotum sudah turun
Anus : tidak mengalami atresia ani
Ekstremitas : kulit tipis transparan, abduksi, kaki flexi lurus, lanugo banyak, tidak ada kelainan (sindaktili, polidaktili)
b. Palpasi
Dada : tidak ada benjolan
Abdomen : kulit abdomen lunak
Ekstremitas : kulit tipis transparan, lemak kurang
c. Auskultasi
Dada : tidak ada ronchi, wheezing
3. Pemeriksaan Neuorologis
- Reflek moro kurang
- Reflek rooting kurang
- Reflek menghisap kurang
- Reflek menggenggam kurang
4. Pemeriksaan antropometri
- BB : 2400 gram
- PB : 49 cm
- LK : 32 cm
- LL : 11 cm
- Diameter sub occipito bregmatika (9 cm)
- Diameter sub ocapito frontalis (10 cm)
- Diameter ponto occipitalis (11 cm)
- Diameter mento occipitalis (13 cm)
- Diameter submento bregmatika (9 cm)
- Diameter biparetalis (9 cm)
- Diameter bitemporalis (8 cm)
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Adaptasi sosial : Bayi lahir dari lingkungan keluarga perekonomian cukup
- Bahasa : menangis keras
- Motorik halus : gerak lemah
- Motorik kasar : reflek menggenggam kurang
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan.
7. Terapi yang diberikan
Injeksi kalmet 2 ¼ , vit K 2 mg
8. Riwayat psikologi, sosial dan budaya
a. Psikologi
Bayi seharusnya dilakukan rawat gabung agar terjalin bounding attachment.
b. Sosial
Tidak dikaji.
c. Budaya
Tidak dikaji.
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 06-11-2007 dengan UK 32-33 minggu, BBL 2400 gr, PB 49 cm.
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
LK : 32 cm
UK : 32-33 minggu
Suhu : 36,5 0C
A-S : 8-9
a. Inspeksi
Kepala : Relatif besar, rambut lanugo banyak
Dada : Tidak ada retraksi pada dada, tidak ada kelainan payudara
Abdomen : Perut lebih kecil dari kepala, tipis transparan, lemak kurang
Ekstremitas : Kulit tipis transparan, abduksi flexi lurus, lanugo banyak
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
- Hipotermia
- Asfiksia
- Hipoglikemia
- Infeksi
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Jaga suhu tubuh tetap hangat dalam inkubator
- Pemberian ASI yang adekuat.
3.5 Intervensi
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
BB bertambah
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi
- Tidak terjadi infeksi
Intervensi
1. Tempatkan bayi dalam incubator
R/ suhu lingkungan bayi tetap terjaga.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan sabun dan bilas dengan air lalu dikeringkan dengan handuk.
3. Lakukan observasi KU dan TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi.
4. Observasi O2
R/ untuk mencukupi kebutuhan oksigen.
5. Observasi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi per sonde
R/ agar bayi berkembang.
6. Observasi berat badan dengan ketat.
R/ untuk mengetahui pertumbuhan bayi.
7. Lakukan observasi BAB dan BAK bayi.
R/ deteksi keseimbangan elektrolit dalam tubuh (input dan output)
8. Ganti popok sesudah BAB dan BAK
R/ perpindahan panas secara evaporasi
9. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
R/ melakukan fungsi dependent.
Cara pemasangan sonde
• Persiapan alat
- Sonde No.6
- Stetoscope
- Spuit 10 cc
- Bengkok
- Plester
- Mangkok berisi air matang
- Hand scoen steril
- Kalau perlu xylocom jelly
• Persiapan pasien
- Memberitahu keluarga tujuan dilakukannya tindakan
- Memberitahu keluarga tindakan yang akan dilakukan.
• Langkah-langkah
o Mencuci tangan dan mengeringkannya
o Membawa alat-alat ke dekat pasien
o Mengatur posisi kepala pasien dengan ditengahdahkan (ekstensi)
o Menggunakan handsoen
o Memasukkan ujung sonde lewat salah satu lubang hidung menuju laring faring, esofagus, epigastrum secara perlahan-lahan.
o Cek sonde :
Menghisap cairan lambung (normalnya warna kuning)
o Manifestasi sonde dan membersihkan mulut
o Menerapkan pasien
o Melepas hand scoon dan merendam dalam larutan klorm
o Memberikan alat dan mengembalikan pada tempatnya
o Mencuci tangan
o Melihat reaksi klien
Memberitahukan tindakan yang telah dilakukan
Pemasangan O2
Persiapan alat
- Tabung O2
- Humidifier
- Nasal kanule
Persiapan pasien
- Memberitahu keluarga tujuan dilakukan tindakan
- Memberitahu keluarga tindakan yang akan dilakukan.
Langkah-langkah
- Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
- Menyiapkan tabung O2 dan humidifier menunjukkan level 0,5 l
- Memasukkan nasal kanule ke dalam hidung
- Mengatur aliran O2 0,5 l/menit
- Membersihkan nasal kanule 8 jam sekali
- Merapikan lingkungan dan pasien
- Membersihkan alat.
3.6 Implementasi
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 09.00 WIB
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
Dx : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
Jam 09.00 : Segera menempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 33 0C
Jam
09.10 : Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan
sabun dan air mengalir kemudian mengeringkannya dengan handuk kering.
Jam 09.15 : Melakukan pemeriksaan KU dan TTV dengan hasil :
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Jam 09.45 : Pantau O2 untuk mencukupi kebutuhan
Jam 09.55 : Pantau sonde pada bayi
Jam 10.00 : Lakukan penimbangan berat badan tiap hari
Jam 10.00 : Melakukan observasi BAB dan BAK bayi
- BAB berupa konsistensi pekat mekonium, berwarna hijau, kehitaman 2 x sehari.
- BAK 4 x sehari.
Jam 10.15 : Mengganti popok sesudah BAB dan BAK
Jam 10.20 : Kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
Tx : Inj. Kalmet 2 ½ lewat IM 3 x sehari
Vit K 2 mg
3.7 Evaluasi
Tanggal : 06-11-2007 Jam : 10.20 WIB
Tempat : Di Ruang Perinatal RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.
S : -
O : K/U : cukup, menangis keras
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,5 0C
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
Muntah (-), sonde (+) retensi lendir keruh ± 5 cc bilas (+) coba minum prenan 1 tk 30 15 cc/jam.
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
P : Intervensi dilanjutkan
BB bertambah
Observasi suhu tubuh
Observasi intake dan output
Observasi sonde suhu atau tidak
- Minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam
- Observasi perkembangan bayi selanjutnya.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 07-11-2007
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
S : -
O : - K/U cukup, menangis keras
- HR : 130 x/menit - Muntah (+) 1 x sonde (+) retensi susu
- RR : 50 x/menit - BAB 1 x/10 jam, bau khas, konsistensi lembek atau lengket
- Suhu : 36,5 0C - BAK 2 x/jam, warna kuning
- BB : 2300 gram - BB turun 100 gr dari BB lahir
- Minum prenan 1 tk 30 15 cc/2 jam
Muntah : tidak muntah
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari prematur murni dengan penurunan BB
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi bayi dari tanda-tanda infeksi, hipoglikemi.
- Meningkatkan kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
Tx : Inj. Kalmet 2 x ¼ amp
Vit K 2 mg
Tanggal : 08-11-2007
Tempat : Di Ruang Perinatologi RSD Dr. R. Soedarsono Pasuruan
S : -
O : - K/U cukup, menangis keras
- HR : 130 x/menit
- RR : 50 x/menit
- Suhu : 36,5 0C
- BB : 2300 gr
A : Bayi Ny “F” usia 2 hari dengan prematur murni
P : Intervensi dihentikan (pasien pulang)
KIE
1. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan (ASI eksklusif)
2. Berikan pengertian imunisasi
3. Berikan pengertian gizi ibu menyusui
4. Berikan demo cara meneteki yang benar.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
tanggal 6 November 2007 telah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “F”
umur 2 hari dengan prematur murni. Dalam asuhan ini dilakukan pemasangan
sonde dengan hasil retensi susu ± 2 cc. Pemasangan O2 sebanyak 2 liter/
24 jam untuk melancarkan pernafasan bayi. Dilakukan perawatan dalam
inkubator dengan suhu 33-35 0C dan tidak terjadi sianosis.
Dari hasil
tindakan yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yakni dalam pemasangan sonde. Dalam teori saat tindakan memasukkan sonde
harus menggunakan handscoen dan mengukur dari telinga ke pangkal hidung
dan ke lambung. Tetapi dalam tindakan di lapangan perawat tidak
menggunakan handscoon dan tidak melakukan pengukuran. Setelah sonde
direndam dalam air hangat. Sonde langsung dimasukkan dengan menggunakan
tangan yang justru bisa memperparah terjadinya infeksi pada bayi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.
Etiologi
prematur yaitu faktor ibu yang meliputi penyakit, usia, keadaan sosial
ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin, faktor-faktor lain.
Penanganan
yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek
masa kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi
angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh pernafasan,
infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
Pengaturan suhu
lingkungan seperti bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang
diatur sekitar 24-37 0C. Makanan BBLR umumnya bayi prematur belum
sempurna reflek menghisap dan batuknya, kapaistas lambung masih kurang.
Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit demi sedikit namun sering.
Dasar perawatannya seperti pengawasan dan perawatan selama kehamilan dan
persalinan, pernafasan harus segera dibenahi, pertahankan suhu tubuh
berikan nutrisi yang sesuai pencegahan infeksi.
Dari hasil tindakan
yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam
lapangan, yakni dalam pemasangan sonde di teori di sebutkan bahwa
petugas menggunakan handscoon dan mengukur dari telinga ke pangkal
hidung, dari pangkal hidung menuju epigastrum, tetapi dalam kenyataan
praktek petugas hanya menggunakan tangan biasa tanpa konde serta tidak
dilakukan pengukuran.
5.2 Saran
1. Untuk RS
Diharapkan
agar rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan
kasus dan kondisi pasien agar mempercepat BB normal dan tidak terjadi
komplikasi
2. Untuk masyarakat diharapkan menyebarkan tentang
anjuran pada ibu hamil untuk melakukan ANC dan imunisasi TT secara rutin
agar tidak terjadi kelahiran dengan prematur.
3. Mahasiswa
Diharapkan
agar mahasiswa telah memperbanyak pengetahuan mengenai tanda gejala dan
komplikasi dari prematur, sehingga mempermudah tindakan asuhan
kebidanan dalam praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, Hadson. 1995. Perawatan Bayi Prematur. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi. YBP-SP
Soepardan, Suryani dan Retno Widyani. 2001. Jakarta : Puspa Swara
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1. Jakarta : EGC
FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar